Jumlahpedagang yang terdapat di Pasar Wage sejumlah 1.837 pedagang yang menjual berbagai kebutuhan sehari-hari diantaranya sayur-sayuran, daging, bahan makanan, buah-buahan, maupun kebutuhan sandang. 3. Fasilitas Pasar. Fasilitas yang dimiliki Pasar Wage adalah : a. Kios : 206 unit . b. Los : 2.449 unit . c.WC : 6 unit . d. Kelompokini mencakup usaha perdagangan eceran berbagai jenis makanan dan minuman lainnya yang belum tercakup pada kelompok 47821 s.d. 47828 yang dilakukan di pinggir jalan umum (kaki lima), serambi muka (emper) toko atau tempat tetap di pasar yang dapat dipindah-pindah atau didorong (los pasar), seperti asinan buah-buahan dan sayuran, kerupuk ANJARMASINadalah wilayah dengan jumlah sungai se-banyak 103 buah, salah satunya digunakan untuk pasar terapung. sebagai pedagang besar, sementara sebagian yang menjual dalam partai kecil disebut pedagang kecil. Pedagang kecil Komoditi yang diangkut adalah buah, sayur dan hasil panen Tabel 3 Waktu Kerja Pasar Kondis i Jarak Nm Seatim e Asal Padaawalnya adalah pasar Bandungan. Kemudian karena sudah tidak layak disebabkan jumlah penghuni atau pedagang yang semakin banyak namun luas lahan sempit yang kemudian menjadikan kemacetan. Maka oleh pemerintah daerah di pindah ke Ngasem menjadi pasar Ngasem atau pasar Jetis. Selanjutnya dirubah menjadi Sub Terminal Agribisnis Jetis. Mengapasistem ekonomi sangat penting dalam pasar bebas? 8. Mengapa pasar bisa berfungsi sebagai pembentuk harga? buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. 5. Pasar tradisional memiliki arti kegiatan penjual dan pembeli cara membuat es jeruk peras untuk jualan. ArticlePDF Available AbstractPenyaluran barang-barang dari pihak produsen ke konsumen sangat membutuhkan jasa perantara, yang biasanya dikenal dengan pedagang perantara/keliling. Pedagang perantara/keliling ini menerima barang langsung dari produsen dan menjual barangnya secara door to door dari rumah kerumah. Banyak persoalan yang dihadapi oleh pedagang perantara/keliling baik yang berhubungan langsung dengan pemasaran hasil-hasil pertanian maupun yang dihadapi dalam kehidupan sehari-sehari. Namun demikian dari segi ekonomi pertanian berhasil tidaknya pedagang dan tingkat harga yang diterima pedagang untuk hasil pendapatannya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kehidupan pedagang. Penelitian bertujuan untuk mengetahui besarnya pendapatan yang diterima oleh pedagang sayuran buah keliling dan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang sayuran buah keliling. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata total tingkat pendapatan yang diterima dari kelima komoditi sayuran buah yaitu kacang panjang, buncis, terong, tomat dan ketimun per satu bulan penjualan tergolong tinggi yaitu sebesar Rp. tingginya tingkat pendapatan ini karena lebih besar dari dari biaya produksi yang ditunjukkan oleh rata-rata nilai R/C lebih dari satu, yakni 2,05. Sedangakan berdasarkan hasil analisis regresi faktor umur dan faktor tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang negatif dengan tingkat pendapatan. Faktor jumlah beban tanggungan mempunyai hubungan yang positif dengan tingkat pendapatan. Artinya jika adanya penambahan 1 satu unit jumlah beban tanggungan maka akan mengakibatkan kenaikan tingkat pendapatan sebesar 1 satu rupiah dengan asumsi cateris paribus. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan agrikan UMMU-Ternate Volume 3 Edisi 1 Mei 2010 81 ANALISIS TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG SAYURAN BUAH KELILING DI DISTRIK NABIRE BARAT KABUPATEN NABIRE Susanti Sylfia Sairdama Staf Pengajar Faperta USWIM-Nabire, e-mail - ABSTRAK Penyaluran barang-barang dari pihak produsen ke konsumen sangat membutuhkan jasa perantara, yang biasanya dikenal dengan pedagang perantara/keliling. Pedagang perantara/keliling ini menerima barang langsung dari produsen dan menjual barangnya secara door to door dari rumah kerumah. Banyak persoalan yang dihadapi oleh pedagang perantara/keliling baik yang berhubungan langsung dengan pemasaran hasil-hasil pertanian maupun yang dihadapi dalam kehidupan sehari-sehari. Namun demikian dari segi ekonomi pertanian berhasil tidaknya pedagang dan tingkat harga yang diterima pedagang untuk hasil pendapatannya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kehidupan pedagang. Penelitian bertujuan untuk mengetahui besarnya pendapatan yang diterima oleh pedagang sayuran buah keliling dan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang sayuran buah keliling. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata total tingkat pendapatan yang diterima dari kelima komoditi sayuran buah yaitu kacang panjang, buncis, terong, tomat dan ketimun per satu bulan penjualan tergolong tinggi yaitu sebesar Rp. tingginya tingkat pendapatan ini karena lebih besar dari dari biaya produksi yang ditunjukkan oleh rata-rata nilai R/C lebih dari satu, yakni 2,05. Sedangakan berdasarkan hasil analisis regresi faktor umur dan faktor tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang negatif dengan tingkat pendapatan. Faktor jumlah beban tanggungan mempunyai hubungan yang positif dengan tingkat pendapatan. Artinya jika adanya penambahan 1 satu unit jumlah beban tanggungan maka akan mengakibatkan kenaikan tingkat pendapatan sebesar 1 satu rupiah dengan asumsi cateris paribus. Kata Kunci Pedagang, Nabire, sayur-sayuran. I. PENDAHULUAN Latar belakang Peningkatan produksi pertanian tidak akan mempunyai arti kalau produk-produk yang berlebihan itu tidak dapat dipasarkan dengan baik atau memperoleh nilai pemasaran yang wajar. Pada masa dimana suatu bangsa hanya memproduksi untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, aktifitas pemasaran pun belum ada tetapi setelah ada kelebihan produksi yang dihasilkan suatu keluarga atau dirasakan adanya kekurangan akan sesuatu yang dibutuhkan, maka pada saat itu pula mulai diadakannya kegiatan pertukaran barang, Limbong, 1987. Penjualan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mencari atau mengusahakan agar ada pembeli atau ada permintaan pasar yang potensial terhadap barang dan jasa yang dipasarkan pada tingkat harga yang menguntungkan. Penjualan juga melakukan perencanaan tentang cara-cara atau pola penjualan yang Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan agrikan UMMU-Ternate Volume 3 Edisi 1 Mei 2010 82 bagaimana yang dapat menjamin adanya kemantapan permintaan pasar dari barang dan jasa yang diusahakan, Limbong, 1987. Dengan demikian jelaslah bahwa dalam penyaluran barang-barang dari pihak produsen ke konsumen sampai kebeberapa pedagang perantara, dimana pedagang dapat dalam bentuk perseorangan pengecer yang menjadi perantara untuk menjual barang-barang dalam jumlah kecil secara langsung kepada para konsumen akhir. Biasanya pedagang keliling ini menerima barang langsung dari produsen dan menjual barangnya secara door to door dari rumah kerumah. Kampung Wadio Kampung Kalisemen dan Kampung Bumiraya merupakan salah satu sentra produksi sayur-sayuran di Distrik Nabire Barat yang senantiasa mendistribusikan hasil produksinya ke pasar-pasar yang ada di Kabupaten Nabire seperti Pasar Pagi, Pasar Karang dan Pasar Kalibobo. Disamping sentra produksi sayuran, ketiga kampung tersebut juga merupakan sentra pedagang sayur keliling serta letak ketiga kampung ini cukup dekat dengan Kabupaten Nabire sehingga mempermudah pedagang keliling untuk menjajahkan jualannya di Kabupaten Nabire dari rumah ke rumah. Pedagang keliling yang ada pada daerah penelitian merupakan masyarakat setempat yang adalah masyarakat transmigran dari Jawa yang mata pencaharian utama mereka adalah sebagai pedagang keliling yang menjajahkan sayuran dari rumah ke rumah dengan menggunakan kendaraan beroda dua disamping sebagai petani jeruk manis. Kegiatan menjual sayuran keliling disebabkan karena Kampung Wadio merupakan sentra produksi sayuran yang mempunyai sifat-sifat 1. Merupakan salah satu bahan pangan yang diperlukan oleh seluruh masyarakat, 2. Permintaan terhadap sayur-sayuran terus meningkat dan 3. Mudah rusak sedangkan masyarakat pada umumnya memerlukan sayuran yang masih segar. Disamping itu juga mata pencaharian sebagai pedagang keliling ini menurut mereka dapat memperoleh pendapatan yang menguntungkan. Banyak persoalan yang dihadapi oleh pedagang pengumpul baik yang berhubungan langsung dengan pemasaran hasil-hasil pertanian maupun yang dihadapi dalam kehidupan sehari-sehari. Namun demikian dari segi ekonomi pertanian berhasil tidaknya pedagang dan tingkat harga yang diterima pedagang untuk hasil pendapatannya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kehidupan pedagang Mubyarto, 1980. Untuk itu pedagang harus benar-benar memperhitungkan pengeluaran dan penerimaan dimana pedagang harus menjual barang-barang daganganya dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan Mosher, 1991. Perumusan Masalah Berdasarkan penulisan latar belakang diatas maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah - Berapa besar pendapatan yang diterima oleh pedagang sayuran buah keliling. - Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi pendapatan pedagang sayuran buah keliling. Tujuan Penelitian - Mengetahui besarnya pendapatan yang diterima oleh pedagang sayuran buah keliling. - Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang sayuran buah keliling. - Kegunaan Penelitian - Memperoleh gambaran tentang besarnya pendapatan pedagang sayuran buah keliling sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi pendapatan pedagang sayuran buah keliling. - Sebagai informasi bagi pedagang sayuran buah keliling di daerah penelitian secara khusus dan pedagang Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan agrikan UMMU-Ternate Volume 3 Edisi 1 Mei 2010 83 lain secara umum dalam rangka peningkatan taraf hidup mereka. - Sebagai bahan informasi bagi penelitian lain yang masalahnya berkaitan dengan tingkat pendapatan. Hipotesa Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian maka hipotesis yang disajikan sebagai dasar dalam pemecahan masalah adalah sebagai berikut - Diduga pendapatan yang diperoleh pedagang sayur buah keliling menguntungkan. - Diduga faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang sayuran buah keliling adalah umur, pendidikan dan jumlah beban tanggungan. II. METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan dari bulan Februari sampai dengan April 2009, bertempat di kampung Wadio kampung Kalisemen dan Bumiraya Distrik Nabire Barat Kabupaten Nabire, sengaja dipilih sebagai tempat penelitian dengan alasan ketiga desa tersebut merupakan tempat tinggal para pedagang sayuran buah keliling. Metode Penentuan Sampel Penetuan sampel pedagang dilakukan secara acak sederhana Simple Random Sampling, sebesar 25 orang atau 20 persen jumlah pedagang-pedagang sayuran buah keliling di kampung Wadio Kalisemen dan bumiraya sebanyak 125 orang. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil survei melalui kegiatan wawancara dan pengisian daftar pertanyaan Kuesioner pedagang. Variabel yang digunakan sebagai indikator antara lain karakteristik pedagang responden dan data produksi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Kantor Desa setempat dan instansi-instansi lain yang terkait dengan penelitian ini. Kerangka Analisa Untuk menguji hipotesis dan mengetahui besarnya pendapatan yang diterima dari harga jual yang berlaku ditingkat pedagang, maka digunakan formula sebagai berikut Pd = TR1 - TC 1 .......................1 Dimana Pd = Pendapatan Pedagang Sayuran TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya Kemudian digunakan untuk menilai kelayakan usaha tani, dimana indikatornya sebagai berikut RCR = TR/ TC …………………2 Dimana RCR = Return/Revenue and Cost Rasio TR = Total Penerimaan Total Revenue TC = Total Biaya Produksi Total Cost Kriteria keuntungan dengan indikator ini adalah RCR > 1 dianggap layak, sedangkan RCR 48 3 12,00 Total 25 100,00 Sumber Data Data Primer, 2008. Tabel 1 memperlihatkan kategori umur pedagang responden yang dibedakan atas 3 tiga golongan yaitu pedagang sayur keliling yang berumur muda sebanyak 13 tiga belas orang 52,00%, pedagang sayur keliling yang berumur sedang antara sebanyak 9 sembilan orang 36,00% dan 3 tiga orang 12,00% petani responden yang berumur tua. Rata-rata umur responden yaitu 33,33 tahun. Dari segi umur yang mendominasi pedagang responden yaitu pedagang yang dikategorikan berumur muda yaitu antara <37 tahun sebanyak 52,00%. Besarnya persentase responden ini menunjukkan bahwa banyaknya usia produktif dalam mengusahakan aktifitas berdagang sayuran. Pendidikan Menurut Mosher 1987, pendidikan diperlukan agar pedagang dapat bertindak rasional, dapat membina kepercayaan-kepercayaan serta tradisi-tradisi masyarakat yang menunjang pembangunan dan sebaliknya berusaha mengurangi pengaruh dan kepercayaan serta tradisi yang menghambat pembangunan. Hal ini sejalan dengan pendapat Soeharjo 1975, yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki pedagang sangat menentukan keberhasilan pedagang dalam mengelola usahanya. Rata-rata tingkat pendidikan yang dimiliki pedagang sayur keliling di daerah penelitian masih rendah atau hanya mampu bersekolah selama 6 enam tahun tingkat SD dan terdapat beberapa pedagang memiliki tingkat pendidikan SMP dan ada juga sebagian dari responden yang pernah bersekolah sampai tingkat yang lebih tinggi yaitu tingkat SMA tetapi tidak dapat menyelesaikannya sehingga ijazah tertinggi yang dimiliki adalah ijazah SMP. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat Jumlah Presentase Pendidkan orang % SD 16 64,00 SMP 9 36,00 Total 25 100,00 Sumber Data Data Primer, 2008. Berdasarkan tabel 2 dapat dijelaskan bahwa tingkat pendidikan SD sebanyak 16 enam belas orang dengan persentasenya sebesar 64,00% atau hanya mampu bersekolah selama 6 enam tahun. 9 sembilan orang pedagang responden 36,00% mampu bersekolah pada tingkat SMP selama 9 sembilan tahun. Sedangkan yang bersekolah lebih dari sembilan tahun ada tetapi tidak sampai menamatkan SMA. Ini berarti bahwa pedagang responden pada daerah penelitian hanya mampu bersekolah pada tingkat Sekolah Dasar SD. Jumlah Beban Tanggungan Besar kecilnya jumlah anggota keluarga memacu pedagang untuk lebih giat lagi dalam berusaha, guna memperoleh pendapatan yang lebih besar. Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan agrikan UMMU-Ternate Volume 3 Edisi 1 Mei 2010 85 Mengingat pedagang terhadap pemenuhan kesejahteraan setiap anggota keluarganya. Data yang diperoleh pada daerah penelitian menunjukkan bahwa besarnya beban tanggungan pedagang responden berkisar antara 2 dua sampai dengan 10 sepuluh orang. Jelasnya dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Beban Tanggungan Jumlah Beban Jumlah Persentase Tanggungan orang % Rendah 1-2 orang 3 12,00 Sedang 3-6 orang 16 64,00 Tinggi 7-10 orang 6 24,00 Total 25 100,00 Sumber Data Data Primer, 2008. Berdasarkan tabel 3 dijelaskan bahwa pedagang yang memiliki jumlah tanggungan rendah 1-2 orang sebanyak 3 tiga orang dengan persentase 12,00%, sedangkan pedagang yang memiliki beban tanggungan sedang 3-6 orang sebanyak 16 enam belas orang dengan persentasenya 64,00% dan pedagang yang memiliki tanggungan tinggi 7-8 orang sebanyak 6 enam orang dengan persentase 24,00%. Keadaan Usahatani Umumnya pedagang sayuran buah keliling di Kabupaten Nabire yang berasal dari Desa Wadio Kalisemen dan Bumi Raya Tidak hanya berjualan sayuran buah saja, disamping berjualan sayuran buah pedagang tersebut juga menjual sayuran daun, sayuran sebagai bumbu-bumbuan, sayuran bunga, umbi-umbian dan masih banyak lagi yang didagangkan. Selengkapnya mengenai sayuran buah yang didagangkan dan banyak diminati oleh masyarakat dapat dilihat pada Tabel 4. Pada Tabel 4 nampak jelas bahwa komoditi sayur kacang panjang yang paling banyak dijual oleh pedagang. Untuk perhitungan 1 satu bulan para pedagang sayuran buah keliling sebanyak 25 responden menghabiskan ikat kacang panjang dengan persentase 24,33%. Alasan mereka ialah permintaan/selera konsumen terhadap komoditi ini dan juga harga jualnya yang murah. Disusul dengan dengan komoditi ketimun yang menghabiskan ikat dengan persentase 19,84%, kemudian komoditi tomat dan terong masing-masing menghabiskan bungkus dengan persentase 19,59% dan ikat dengan persentase 18,68% sedangkan komoditi yang paling sedikit di jual oleh pedagang adalah buncis, yang hanya menghabiskan bungkus dengan persentase 17,56%. Tabel 4. Banyaknya Sayuran Buah Yang diusahakan Menurut Jenisnya Untuk Satu Bulan Penjualan Di Desa Wadio, Kalisemen Dan Bumi Raya, 2008. Jenis Tanaman Jumlah Persentase Ikat/bungkus % Kacang Panjang 24,33 Buncis 17,56 Terong 18,68 Tomat 19,59 Ketimun 19,84 Total 100,00 Sumber Data Data Primer, 2008. Untuk itu pedagang responden harus benar-benar memperhitungkan pengeluaran dan penerimaan dimana pedagang harus menjual produk-produknya dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan biaya produksi yang dikeluarkannya. Biaya Usahatani Sayuran Buah Biaya Produksi Kegiatan usahatani pedagang sayuran buah keliling hanya memerlukan biaya produksi yang meliputi harga beli dan biaya transportasi. Kegiatan ini tidak memerlukan biaya tenaga kerja dan biaya-biaya lainnya karena pedagang sayuran buah keliling ini bekerja sendiri tanpa dibantu buruh atau pekerja tetap yang dibayar. Biaya merupakan faktor produksi yang sangat menentukan kelangsungan proses Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan agrikan UMMU-Ternate Volume 3 Edisi 1 Mei 2010 86 produksi, mengingat biaya adalah pengorbanan-pengorbanan yang mutlak harus diadakan, dikeluarkan agar dapat diperoleh suatu hasil Wasis,1992. Biaya yang dikeluarkan oleh seorang pedagang dalam proses produksi sehingga membawanya menjadi produk disebut biaya produksi yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Adapun biaya tetap dalam usahatani sayuran buah keliling yang digunakan oleh pedagang responden pada daerah penelitian antara lain adalah biaya untuk pembelian bensin yaitu biaya transportasi. Sedangkan biaya variabel meliputi harga beli sayuran buah itu sendiri. Untuk lebih jelasnya pada tabel memperlihatkan adanya peerbedaan biaya produksi, penerimaan, pendapatan dan R/C untuk masing-masing komoditi yang diusahakan pedagang responden dalam 1 satu bulan produksi. Tabel 5. Rata-rata Biaya Pemasaran, Penerimaan, Pendapatan Dan R/C Komoditi Sayuran Buah Untuk Satu Bulan Penjualan Di Desa Wadio, Kalisemen Dan Bumi Raya, 2008. No. Jenis Komoditi Produksi Harga Jual Biaya Pemasaran Penerimaan Pendapatan R/C Sayuran Buah Ikat Rp/Ikat Rp Rp Rp 1. Kacang Panjang 389,76 1,44 2. Buncis 281,28 1,64 3. Terong 299,20 1,66 4. Tomat 313,84 2,33 5. Ketimun 317,92 2,19 Total 2,05 Sumber Data Data Primer, 2008 Berdasarkan hasil analisis tabel menunjukkan bahwa rata-rata biaya produksi kelima jenis komoditi sayuran yang dijual dalam satu kali penjualan yaitu pada komoditi kacang panjang sebesar Rp. komoditi buncis sebesar Rp. komoditi terong dengan biaya sebesar Rp. sedangkan untuk komoditi tomat dan komoditi ketimun masing-masing sebesar Rp. dan Rp. Dari data tersebut terlihat adanya perbedaan biaya produksi dimana ada komoditi yang memerlukan biaya produksi besar dan ada juga yang memerlukan biaya produksi kecil. Harga Jual Harga merupakan indikator penting bagi penjual dan pembeli dalam hal ini pedagang sayuran buah keliling dengan konsumen akhir. Bagi pedagang sebagai produsen, harga menjadi pedoman untuk melaksanakan produksi dan bagi konsumen akhir untuk melaksanakan putusan untuk membelinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara pedagang sayuran buah keliling yang satu dengan pedagang yang lainnya tidak terjadi perbedaan harga ini dikarenakan pedagang responden mengambil produk sayuran tersebut di satu tempat yang sama dengan harga yang sama pula, sehingga dari masing-masing pedagang serempak memberikan harga yang sama. Pendapatan Usahatani Pedagang Sayuran Buah Dan Nilai R/C Kegiatan usahatani bertujuan untuk mencapai produksi dibidang pertanian yang pada akhirnya dpat dinilai dengan uang, setelah memperhitungkan biaya produksi maka pedagang akan memperoleh pemasukan atau yang sering disebut dengan pendapatan, dimana pendapatan ini akan mendorong pedagang untuk mengalokasikannya dalam berbagai kegunaan. Menurut Soeharja 1979, besarnya pendapatan yang diterima oleh pedagang dalam satu kali penjulannya berbeda-beda, bahkan dalam penjualan jenis komoditi yang sama mempunyai pendapatan yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian pedagang responden berusaha untuk Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan agrikan UMMU-Ternate Volume 3 Edisi 1 Mei 2010 87 meningkatkan pendapatannya dengan menjual keanekaragaman komoditi sayuran. Selain sayuran buah pedagang responden juga menjual berbagai jenis sayuran daun, lauk pauk dan makanan jadi lainnya, sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi pedagang. Berdasarkan tabel pendapatan sayuran kacang panjang sebesar Rp. Komoditi buncis sebesar Rp. Komoditi terung sebesar Rp. Komoditi tomat sebesar Rp. dan untuk komoditi ketimun Rp. Dilihat dari perbedaan pendapatan untuk kelima komoditi sayuran buah yang dijual, maka pendapatan yang paling tinggi adalah komoditi ketimun, mengingat harga jual untuk komoditi ini tinggi berbeda dengan harga jual sayuran buah yang lain. Lain halnya dengan komoditi buncis yang pendapatannya rendah. Hal ini disebabkan karena jumlah produk yang dijual sedikit, harga jualnya rendah dan terlebih lagi permintaan akan sayuran buah ini sangat rendah sehingga mempengaruhi pendapatan pedagang. Keuntungan yang diperoleh oleh pedagang sayuran buah dalam satu kali penjualan berbeda-beda. Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa rata-rata nilai R/C untuk tiap komoditi sayuran buah berbeda. Nilai R/C untuk komoditi kacang panjang sebesar 2,44 yang berarti bahwa apabila 1 satu unit input ditambah maka output yang dihasilkan juga akan bertambah sebesar Rp 2,44, komoditi buncis sebesar 1,65 yang berarti bahwa apabila 1 satu unit input ditambah maka output yang dihasilkan akan bertambah sebesar Rp 1,65, komoditi terong sebesar 1,67 yang berarti bahwa jika 1 satu unit input ditambah maka output yang dihasilkan juga akan bertanbah sebesar Rp 1,67, komoditi tomat sebesar 2,34 yang berarti bahwa 1 satu unit input ditambah maka akan menghasilkan output sebesar 2,34 dan komoditi ketimun sebesar 2,19 yang berarti bahwa apabila 1 satu unit input ditambah maka output akan bertambah sebesar Rp 2,19. Berdasarkan kriteria keuntungan penjualan rata-rata dari kelima sayuran buah yaitu 2,05. Dimana nilai R/C lebih dari 1 satu, maka kegiatan ini layak untuk diusahakan, karena mendatangkan keuntungan dan dapat memberikan nilai tambah bagi pendapatan pedagang sayuran keliling. Dengan demikian berdasarkan tabel total rata-rata pendapatan pedagang sayuran buah keliling dalam 1 satu bulan penjualan yaitu sebesar Rp. sehingga dapat dikatakan bahwa pendapatan pedagang sayuran buah keliling menguntungkan. Hubungan Umur, Tingkat Pendidikan Dan Jumlah Beban Tanggungan Dengan Pendapatan Pedagang Sayuran Buah Keliling Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap pedagang sayuran buah keliling di Distrik Nabire Barat Kabupaten Nabire menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur, tingkat pendidikan dan jumlah beban tanggungan yang berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh oleh pedagang sayuran buah keliling di Distrik Nabire Barat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Analisis Regresi Pedagang Sayuran Buah Keliling di Distrik Nabire Barat Kabupaten Nabire. Pendapatan Pedagang Sayuran Buah Keliling Constanta X1 Umur X2 Pendidikan X3 Jumlah Tanggungan 324,037 - 13,444 -47,026 18,254 Sumber data Data Primer, 2008 Berdasarkan perhitungan regresi berganda yang dituangkan dalam tabel terlihat bahwa untuk pendapatan pedagang sayuran buah keliling dapat disusun hasil regresi sebagai berikut Y = 324,037 – 13,444 X1 – 47,026 X2 + 18,254 X3. Dari persamaan diatas jelas terlihat bahwa dengan nilai konstanta sebesar 324,037 berarti bahwa pendapatan pedagang dari Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan agrikan UMMU-Ternate Volume 3 Edisi 1 Mei 2010 88 hasil penjualan sayuran buah keliling tidak terjadi perubahan apabila variabel-variabel yang mempengaruhi pendapatan tidak mengalami perubahan dan dianggap tetap Cateris paribus. Berdasarkan tabel dapat dijelaskan bahwa untuk nilai koefisien umur X1 dan koefisien tingkat pendidikan X2 yaitu masing-masing sebesar -13,444 dan menunjukkan bahwa faktor umur dan faktor tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang negatif dengan pendapatan. Artinya jika adanya peningkatan faktor umur dan faktor tingkat pendidikan sebesar 1 satu unit akan mengakibatkan penurunan pendapatan sebesar dan Rp. 47,026. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa faktor umur dan faktor tingkat pendapatan berpengaruh terbalik dengan pendapatan dengan asumsi cateris paribus. Jelas terlihat bahwa pedagang sayuran buah keliling mempunyai tingkat pendapatan yang relatif rendah sedangkan pendapatan yang diperoleh pedagang tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa faktor umur dan faktor tingkat pendidikan pedagang tidak mempengaruhi pendapatan pedagang. Lain halnya dengan faktor jumlah beban tanggungan yang mempunyai hubungan positif dengan pendapatan dengan asumsi cateris paribus, dimana koefisien faktor beban tanggungan sebesar 18,254, yang artinya jika ada penambahan 1 satu satuan jumlah beban tanggungan keluarga, maka akan mengakibatkan kenaikan pendapatan sebesar Rp. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa faktor jumlah beban tanggungan berpengaruh terhadap pendapatan pedagang. Jelas terlihat bahwa semakin besar jumlah beban tanggungan pedagang maka pedagang akan terus berusaha untuk meningkatkan pendapatan mereka guna memenuhi semua kebutuhan keluarga dan meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dikukakan kesimpulan sebagai berikut - Rata-rata total tingkat pendapatan yang diterima dari kelima komoditi sayuran buah per satu bulan penjualan tergolong tinggi yaitu sebesar Rp. tingginya tingkat pendapatan ini karena lebih besar dari dari biaya produksi yang ditunjukkan oleh rata-rata nilai R/C lebih dari satu, yakni 2,05. Dengan demikian maka kegiatan perdagangan sayuran buah keliling ini layak untuk terus diusahakan karena mendatangkan keuntungan. - Berdasarkan hasil analisis regresi faktor umur dan faktor tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang negatif dengan tingkat pendapatan. Artinya jika ada peningkatan 1 satu unit sebuah variabel maka akan menurunkan pendapatan sebesar 1 satu rupiah, dengan asumsi cateris paribus. Faktor jumlah beban tanggungan mempunyai hubungan yang positif dengan tingkat pendapatan. Artinya jika adanya penambahan 1 satu unit jumlah beban tanggungan maka akan mengakibatkan kenaikan tingkat pendapatan sebesar 1 satu rupiah dengan asumsi cateris paribus. Saran Dari hasil penelitian ini disarankan untuk perlu adanya satu kelompok atau organisasi pedagang sayuran buah keliling dalam mengontrol perkembangan pedagang sayuran buah keliling, dan adanya perhatian pemerintah setempat dalam mengakomodir pedagang sayuran buah keliling ini. Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan agrikan UMMU-Ternate Volume 3 Edisi 1 Mei 2010 89 DAFTAR PUSTAKA Ilmu Usahatani, Alumni Bandung Cahyono, Kebijakan Pertanian, Andi Offset, Yogyakarta. Hernanto, Ilmu Usahatani. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta Kartasapoetra, Manajemen Pertanian Agribisnis. Penerbit PT. Bina Angkasa, Jakarta. Mubyarto,1985. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3S. Jakarta Mosher, AT. 1991. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Penerbit CV. Yasaguna. Jakarta. Mott, G. 1992. Dasar-Dasar Penetapan Biaya. Penerbit Arcan. Jakarta. Prayitno dan Arsyad, 1987. Petani Desa Dan Kemiskinan, BPFE. Yogyakarta. Soekartawi, Dr. 1995. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Universitas Brawijaya. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Suharjo, 1979. Sendi-Sendi Pokok Usahatani. Departemen Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Usahatani, Alumni Bandung Cahyono, Kebijakan PertanianDaftar A Pustaka AdiwilagaDAFTAR PUSTAKA Ilmu Usahatani, Alumni Bandung Cahyono, Kebijakan Pertanian, Andi Offset, Usahatani. Penerbit Penebar SwadayaF HernantoHernanto, Ilmu Usahatani. Penerbit Penebar Swadaya, JakartaPengantar Ekonomi PertanianMubyartoMubyarto,1985. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3S. JakartaMenggerakkan dan Membangun PertanianA T MosherMosher, AT. 1991. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Penerbit CV. Yasaguna. Penetapan Biaya. Penerbit ArcanG MottMott, G. 1992. Dasar-Dasar Penetapan Biaya. Penerbit Arcan. Desa Dan KemiskinanArsyad Prayitno DanPrayitno dan Arsyad, 1987. Petani Desa Dan Kemiskinan, BPFE. Pokok Usahatani. Departemen Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian BogorSuharjoSuharjo, 1979. Sendi-Sendi Pokok Usahatani. Departemen Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Usahatani, Alumni Bandung Cahyono, Kebijakan Pertanian, Andi OffsetA Ilmu Usahatani, Alumni Bandung Cahyono, Kebijakan Pertanian, Andi Offset, Pertanian Agribisnis. Penerbit PTG KartasapoetraKartasapoetra, Manajemen Pertanian Agribisnis. Penerbit PT. Bina Angkasa, Jakarta. Penulis Ainnur Rohmah Editor Banu Rinaldi 10 Juni 2022 Lama Baca 12 menit Tahukah sahabat wirausaha bahwa kebutuhan konsumsi sayur dan buah di Indonesia selalu meningkat dari tahun ketahun, dimana jumlah peningkatan permintaan pasar tersebut lebih cepat dari ketersediaan barang. Kebutuhan konsumsi buah dan sayur rata-rata pertahun 50,16 kg/kapita/tahun sedangkan produktifitas sayuran dan buah pertahun hanya mencapai 42,46 kg/kapita/tahun sample data penghitungan NBM dan SUSENAS tahun 2008.Artinya permintaan pasar untuk sayur dan buah masih jauh lebih besar dibanding ketersediaan pasokan dari tahun ketahun, sehingga peluang pasarnyapun masih sangat terbuka luas baik untuk pasar sayur dan buah segar maupun olahan. Untuk mengetahui lebih detail kebutuhan pasar sayur dan buah di Indonesia, Asean, dan Internasional, mari kita coba membuat ulasan singkat tentang peluang pangsa pasar sayuran dan buah Juga Peluang Pasar Minuman JusKonsumsi sayuran dan buah di Indonesia, sudahkah terpenuhi ?Sumber global, data NBM dan SUSENAS sejak tahun 1993 menunjukkan peningkatan kebutuhan sayuran dan buah yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Sedangkan kemampuan ketersediaan barangpun selalu minus atau kurang pasokan dari tahun ke Sayuran dan Buah tersebut meliputi kebutuhan sayuran dan buah untuk Rumahan/Rumah tangga, dan konsumsi sayuran dan buah di luar rumah tangga seperti Rumah sakit, hotel, restaurant, industry, penjara, perkantoran, table tersebut dapat kita perhatikan bahwa pertumbuhan konsumsi untuk seluruh jenis buah mengalami kenaikan rata-rata 6,27% per tahun sejak tahun 2011 dan pertumbuhan konsumsi seluruh jenis sayuran mengalami kenaikan rata-rata 2,77% pertahun sejak tahun permintaan tersebut meliputi semua sejis sayuran dan buah dalam kemasan atau packing seperti packing sayur sop, capcai, atau packing sayur dan buah segar dan olahan dalam kemasan plastic atau Juga Potensi Ekspor Buah dan Sayur SegarPeningkatan permintaan konsumsi sayuran dan buah yang terus meningkat setiap tahunnya dan tidak diimbangi dengan peningkatan produksi dibidang agroindustry di Indonesia, menyebabkan kebutuhan konsumsi tersebut belum dapat terpenuhi secara maksimal. Hal ini menjadi tugas dan PR kita bersama untuk meningkatkan kualitas produksi sayuran dan buah agar dapat mengimbangi kebutuhan konsumsi pertumbuhan konsumsi sayuran dan buah per kapita ? Sumber konsumsi sayuran dan buah per kapita pertahun mengalami pertumbuhan yang signifikan. Jika kita perhatikan catatan perhitungan data SUSENAS dan Neraca Bahan Makanan, pertumbuhan konsumsi kelompok sayuran yang mengalami peningkatan paling besar adalah bawang putih yaitu 7,58% disusul dengan tomat 3,84% dan Sawi 3,01 %.Sementara pertumbuhan konsumsi buah yang mengalami peningkatan paling besar adalah buah jeruk 14,67% disusul buah durian 12,70% dan buah manga 10,65%.Peningkatan konsumsi buah rata-rata lebih besar dibanding konsumsi sayuran per kapita per tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat untuk kebutuhan sayuran dan buah lebih kearah citarasa yang enak, bukan pada kualitas nilai gizinya. Baca Juga Peluang Pasar KateringBagaimana Perbandingan Laju Pertumbuhan Produksi dan Pertumbuhan Konsumsi Sayuran dan Buah di Indonesia?Sumber melihat data peningkatan permintaan sayuran dan buah yang terus meningkat tiap tahunnya, maka secara garis besar dapat dilihat bahwa laju pertsumsi buah dan sayur jauh lebih besar dari pada pertumbuhan produksi dan ketersediaan table diatas dapat kita lihat bahwa untuk jenis sayuran utama seperti Bawang putih, bawang merah, kubis, sawi, cabai, ketimun, terong, buncis, tomat dan kangkung memiliki pertumbuhan konsumsi baik konsumsi per kapita maupun kebutuhan konsumsi total yang jauh lebih besar dibanding dengan kemampuan produksi dan ketersediaan kebutuhan bawang putih untuk konsumsi perkapita adalah 7,58%/tahun dan kebutuhan konsumsi total adalah 9,07%/tahun sedangkan kemampuan produksi bawang putih bahkan minus -11,31%/tahun. Artinya ketersediaan bawang putih masih mengandalkan impor dari luar negeri karena industry agro kita belum mampu memproduksi dengan jumlah yang memadai. Sehingga kebutuhan bawang putih ini mengalami defisit -20,38%.Contoh lain adalah kebutuhan sawi yang merupakan sayuran utama yang hampir digunakan untuk sayuran campuran diberbagai jenis masakan. Konsumsi sawi per kapita adalah 3,01% dan kebutuhan konsumsi total adalah 4,50% sedangkan kemampuan produksi sawi dan ketersediaan barang hanya 1,48% sehingga mengalami selisih total atau deficit -3,02%.Baca Juga Peluang Pasar Produk Makanan Siap SajiSedangkan untuk konsumsi buah dapat kita lihat bahwa untuk jenis buah utama seperti Alpukat, Jeruk, Duku, Durian, manga, papaya, salak, pisang, rambutan dan jambu biji, memiliki pertumbuhan konsumsi baik konsumsi per kapita maupun kebutuhan konsumsi total yang juga jauh lebih besar dibanding dengan kemampuan produksi dan ketersediaan ambil contoh kebutuhan jeruk untuk konsumsi perkapita adalah 14,67%/tahun dan kebutuhan konsumsi total adalah 16,16%/tahun sedangkan kemampuan produksi jeruk hanyalah 7,83%/tahun. Sehingga kebutuhan konsumsi jeruk ini mengalami defisit total sebesar -8,33%.Contoh lain adalah kebutuhan durian yang buah favorit yang hampir digunakan untuk campuran diberbagai jenis makanan dan minuman pendamping. Konsumsi durian per kapita adalah 12,70% dan kebutuhan konsumsi total adalah 14,19% sedangkan kemampuan produksi durian dan ketersediaan barang hanya 6,64% sehingga mengalami selisih total atau deficit -7,55%Contoh sayuran dan buah lain dapat anda perhatikan pada table perbandingan di Peluang Pasar Sayuran dan Buah di Indonesia?Dari data dan penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa peluang pangsa pasar sayuran dan buah di Indonesia baik sayuran dan buah segar maupun sayuran dan buah olahan dalam kemasan memiliki potensi yang sangat besar dan menjanjikan. Permintaan pasar meningkat cukup pesat dari tahun ke ini tentu menjadi kesempatan emas bagi sahabat wirausaha yang ingin terjun dalam komoditi perdagangan buah dan sayur, ataupun terjun dalam agroindustry untuk meningkatkan produktifitas dan ketersediaan buah dan sayuran utama secara Juga 6 Bisnis yang Punya Prospek Cerah di Masa Pandemi Sumber dan nilai perdagangan Sayuran dan buah di Indonesia, menurut data statistik FAO sejak tahun 1980 sampai 2010 mengalami peningkatan permintaan pasar yang cukup melonjak di akhir tahun 2010 dan berlanjut di tahun-tahun berikutnya. Permintaan yang melonjak tersebut tidak dibarengi dengan jumlah produktivitas yang memadai sehingga ketersediaan barang menjadi kurang atau defisit. Hal tersebut menyebabkan grafik permintaan kuantitas impor buah dan sayur pun melonjak tajam, sehingga menurunkan nilai perdagangan dari data grafik tersebut menunjukkan bahwa kuantitas perdagangan Indonesia cenderung mengalami penurunan dan defisit hingga 10,3 % per prosentase ini sangatlah besar dan mestinya menjadi tamparan dan peringatan keras kepada kita semua mengingat Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya dan subur, negara dengan jumlah penduduk yang mayoritas bertani dan berkebun, sehingga memungkinkan untuk menjadi negara pemasok segala hasil pertanian dan perkebunan yaitu buah dan sahabat wirausaha, apakah anda termasuk pahlawan yang akan mendobrak dan meningkatkan kuantitas serta kualitas produksi sayuran dan buah di Indonesia? Apakah sahabat akan menangkap peluang pasar sayuran dan buah yang terbuka lebar tersebut?Baca Juga Ragam Skema Insentif dari Usaha Kepada Pemilik UMKMPeningkatan kuantitas dan kualitas produksi sayuran dan buah tersebut tentu akan berimbas positif bagi income perkapita, berimbas pada pemenuhan kebutuhan konsumsi buah dan sayuran lokal dan domestic, serta jika surplus maka kita dapat melakukan ekspor sayur dan buah secara Peluang Pasar Sayuran dan Buah Internasional?Pada dasarnya kebutuhan konsumsi sayuran dan buah tidak hanya mengalami peningkatan permintaan di Indonesia saja, tetapi juga mengalami peningkatan permintaan konsumsi sayur dan buah secara catatan data FAO, rasio antara nilai impor terhadap nilai ekspor sayuran dan buah relative stabil di negara-negara Eropa, USA dan negara-negara lainnya. Ini menunjukkan bahwa pangsa pasar buah dan sayuran adalah terbuka lebar baik di Eropa, USA, dan Asean, karena permintaan kebutuhan konsumsi sayuran dan buah secara umum meningkat dan naik per kapita per Sayuran dan Buah per Kapita menurut Kelompok NegaraSumber sumber Hall et al, pada diagram batang diatas menunjukkan baha ketersediaan sayuran dan buah di berbagai kelompok negara bervariasi tergantung pada tingkat kesejahteraan masyarakat dan budaya Juga Penyusunan Rencana Untuk Menunjang Pertumbuhan UsahaPada umumnya di negara maju, mengkonsumsi sauran dan buah lebih banyak dibanding negara berjembang. Ketersediaan sayuran dan buah di negara maju mencapai rata-rata hampir 500 gram per kapita per hari. Artinya, anda bisa bayangkan, masyarakat di negara maju mengkonsumsi sayuran dan buah rata-rata 500gram atau setengah kilo per hari. Dan negara berhasil menyediakan kebutuhan konsumsi tersebut melalui distribusi dan persediaan public seperti di pasar-pasar maupun negara berkembang seperti Asia dan Afrika, ketersediaan sayuran dan buah rata-rata 300gram per kapita per hari. Sedangkan di Amerika Latin dan Karibia, persediaan sayuran dan buah mencapai ratarata 400 gram per kapita per tahun 2007 keatas, Ketersediaan buah dan sayuran di negara-negara asia yang memiliki mayoritas penduduk beretnis tionghoa seperti Cina, Laos, Vietnam,Thailand dan Filipina, mengalami peningkatan yang tajam untuk ketersediaan sayuran dan buah melampau Negara-negara maju, yaitu hampir rata-rata 600 gram per kapita per ini disebabkan budaya tionghoa yang menyukai konsumsi sayur dan buah dalam setiap menu makanannya. Tak heran jika pemerintah mereka menggalakkan produksi agroindustry dan meningkatkan kualitas dan kuantitas panen holtikultura baik sayuran, buah, padi, maupun produk holtikultura mereka dibidang teknologi pertanian, membuat jumlah kuantitas dan kualitas panen per hektar meningkat tajam hampir 3 kali dari kuantitas panen per hektar di Indonesia. Jika dihitung dengan biaya produksi yang hampir sama, maka tentu dapat menurunkan harga produk sehingga dapat bersaing dengan ketat di pasar global dunia, serta dapat memperoleh profit yang meningkat lebih Juga Beberapa Model Ekspansi Bisnis yang Perlu Diketahui UMKM Ketersediaan Sayuran dan Buah per Kapita di Asia TenggaraSumber produksi agroindustry dan ketersediaan sayuran dan buah di berbagai negara di Asia Tenggara dapat kita lihat dan perhatikan pada table diatas yang bersumber dari data Laos menjadi produsen sayur terbesar yang mampu menyediakan sayuran sebesar 81,1 kg/kapita/tahun disusul dengan Vietnam yang mampu memproduksi sayuran 61,1 kg/kapita/tahun. Sedangkan Indonesia menjadi negara terendah kedua setelah timor leste dalam penyediaan sayuran yaitu 32,1 kg/kapita/ Produsen buah-buahan, Negara Filipina menjadi produsen buah terbesar yang mampu menyediakan buah sebesar 105,4 kg/kapita/tahun disusul dengan Thailand yang mampu memproduksi buah 105,0 kg/kapita/tahun. Sedangkan Indonesia menjadi hanya mampu memproduksi dan menyediakan buah sebesar 42,7 kg/kapita/ untuk pertumbuhan permintaan konsumsi buah, Indonesia menjadi negara yang paling besar pertumbuhan permintaan konsumsi buah tersebut yaitu rata-rata 5,73% per tahun, sedangkan untuk sayuran mengalami pertumbuhan sebesar 3,90% per Produktifitas Sayuran dan Buah di kawasan AseanSumber sayuran baik sayuran segar dan sayuran olahan di berbagai negara di Asean untuk masing-masing produk sayuran utama seperti kubis, wortel,cabe, ketimun, terong, bawang putih, bawang merah, bayam dan tomat dapat kita lihat pada table diatas yang bersumber dari catatan data Juga Membangun Diferensiasi Produk Pada Bisnis KulinerIndonesia memiliki produk sayuran unggulan terbesar yaitu wortel dan turnip sebesar 15,53 kg/kapita/tahun dan bawang putih sebesar 7,19 kg/kapita/tahun. Kuantitas produksi sayuran tersebut lebih unggul dari negara-negara Thailand memiliki produk sayuran unggulan terbesar yaitu cabe sebesar 13,40 kg/kapita/tahun dan terong sebesar 15,63 kg/kapita/tahun serta bawang merah sebesar 25,26 kg/kapita/tahun. Kuantitas produksi sayuran tersebut lebih unggul dibandingkan negara-negara Malaysia memiliki produk sayuran unggulan terbesar yaitu kubis sebesar 30,03 kg/kapita/tahun dan ketimun sebesar 16,20 kg/kapita/tahun serta tomat sebesar 97,65 kg/kapita/tahun. Kuantitas produksi sayuran tersebut lebih unggul dibandingkan negara-negara Produk Buah-buahan, Indonesia menjadi pemenang yang memiliki produk unggulan terbesar dari negara-negar lain yaitu buah Pisang sebesar 58,22 kg/kapita/tahun, buah jeruk sebesar 35,31 kg/kapita/tahun, buah Melon sebesar 16,80 kg/kapita/tahun, buah papaya sebesar 82,22 kg/kapita/tahun dan buah Nanas sebesar 121,76 kg/kapita/ dari uraian dan data-data diatas, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa peluang pasar sayuran dan buah baik sayuran dan buah segar maupun sauran dan buah olahan sangatlah tinggi, potensinya sangat besar dan menjanjikan, baik di lingkup pangsa pasar lokal, domestic atau pasar Juga Bagaimana UKM Dapat Memvalidasi Potensi Produk dan Peluang Pasar?Jadi gimana sahabat wirausaha, apakah anda siap untuk terjun di bidang komoditi sayuran dan buah olahan? Kesempatan emas sedang menunggu merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat B Irawan Pemasaran online dan lewat reseller juga menjadi strategi andalan yang ditempuh Yunika untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih brand Organik Unik ini awalnya hanya menempuh strategi konvensional, yakni pemasaran dari mulut ke mulut serta promosi kepada teman-teman di media sosial berjalan enam bulan, ternyata peminat keripik buah dan sayur Organik Unik semakin banyak dari luar lingkaran pertemanannya. Dia pun mulai berani menggalakkan promosi online dengan membuat akun khusus di media sosial.“Karena keterbatasan waktu, saya masih belum membuka outlet atau toko sendiri dan masih mengandalkan online melalui Facebook, Twitter dan Instagram lewat akun Organik_Unik,” tuturnya. Lewat media sosial tersebut, dia masih menggarap dua kalangan sekaligus, yakni kalangan end user dan reseller. Dia membuka peluang kerja sama bagi para konsumen yang berminat untuk menjadi penjual kembali dengan potensi keuntungan dari penjualan dan pemain baru, Yunika memang sedang mencari formula pemasaran yang paling tepat “Karena bergerak online, sejauh ini sistem promosi yang paling efektif adalah dengan endorsee, meningkatkan jumlah followers di media sosial dan pesanan,” berkala dia memperbaharui foto-foto produknya. Dia paham, gaya berbelanja masyarakat lewat internet umumnya masih sangat dipengaruhi dengan foto yang dipajang.“Karena saya bisnis online dengan menjual makanan lewat foto, penampilannya saya buat semenarik mungkin, sebanding dengan rasa dan kualitas dari produknya sendiri,” hanya mengutak atik penampilan, dia juga menjaga kepercayaan konsumen dengan pelayanan yang cepat dan pengiriman setiap hari. Tidak ada syarat jumlah pembelian minimum sehingga dia bisa melayani permintaan grosiran maupun keripik Organik Unik dipasarkan ke berbagai kelompok konsumen yang peduli dengan kesehatan, pola hidup sehat dan pentingnya konsumsi makanan 36 tahun ini rajin mempromosikan bisnisnya dengan menyasar kelompok anak muda penggemar olah raga, gym, orang yang menjalani program diet, ibu hamil dan menyusui, ibu yang mempunyai anak-anak banyak pesaing, Yunika yakin mampu memenangi pasar. Terbukti, di umur usaha yang baru beranjak dua tahun, produknya sudah dikenal oleh konsumen di berbagai daerah hingga ke luar negeri seperti Singapura, Malaysia, Brunei Darusalam, Korea dan Jepang.“Dengan harga – per kemasan ukuran 180 gram, ini masih terbilang fair. Dengan kemasan cantik, pelayanan dan harga yang fair, saya yakin bisa bersaing dengan yang lain,” kata dia. 404 Not Found - NotFoundHttpException 1 linked Exception ResourceNotFoundException » [2/2] NotFoundHttpException No route found for "GET /Ios-apa-saja-investasi-untuk-bisnis-kuliner-rumahan-3621482" [1/2] ResourceNotFoundException Logs Stack Trace Plain Text Agricultural products are types of products that have disadvantages, among others perishable and short shelf life, especially for horticulture. These weaknesses cause horticultural products to require special treatment from pre-harvest to post-harvest so that the quality does not decrease. A decrease in product quality will affect its sale value in the market. However, special handling requires additional costs, so the amount of post-harvest handling must also consider the demand of the research aims to find out and understand the best storage treatment for fruits and vegetables to maintain the physical condition of the products and marketing strategies in traditional and modern on the results of research shows that most of the people of Serang City tend to prefer shopping in traditional markets, but most also choose to shop in traditional and modern markets, in their opinion it can be concluded that if they shop at traditional markets they can bargain from prices that have been set and they can also directly, whereas if in the modern market they can only see the prices available on the desired goods. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 110 Majalah Ilmiah Bijak Vol. 16, No. 2, September 2019, pp. 110-120 E ISSN 2621-749X bijakjournal Perbandingan Kualitas Produk Sayur Dan Buah Pada Pasar Tradisional Dan Pasar Modern Di Kota Serang Dalam Penerapan Strategi Pamasaran Khaeruman 1, Hafidz Hanafiah 2 Program Studi Manajemen, Universitas Bina Bangsa Banten E-mail 2magoo_blank Keywords Product Quality, Traditional and Modern Markets, Target Strategy Agricultural products are types of products that have disadvantages, among others perishable and short shelf life, especially for horticulture. These weaknesses cause horticultural products to require special treatment from pre-harvest to post-harvest so that the quality does not decrease. A decrease in product quality will affect its sale value in the market. However, special handling requires additional costs, so the amount of post-harvest handling must also consider the demand of the buyer. This research aims to find out and understand the best storage treatment for fruits and vegetables to maintain the physical condition of the products and marketing strategies in traditional and modern markets. Based on the results of research shows that most of the people of Serang City tend to prefer shopping in traditional markets, but most also choose to shop in traditional and modern markets, in their opinion it can be concluded that if they shop at traditional markets they can bargain from prices that have been set and they can also directly, whereas if in the modern market they can only see the prices available on the desired goods. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Produk pertanian merupakan jenis produk yang mempunyai kelemahan antara lain mudah rusak dan daya simpan yang pendek, terlebih lagi untuk hortikultura. Kelemahan-kelemahan inilah yang menyebabkan produk hortikultura membutuhkan perlakuan khusus mulai dari pra panen hingga pasca panen agar kualitasnya tidak menurun. Penurunan kualitas produk akan mempengaruhi nilai jualnya di pasar. Namun penanganan khusus membutuhkan biaya tambahan, sehingga besarnya penanganan pasca panen harus mempertimbangkan pula permintaan pembeli. Tiap pembeli mempunyai permintaan yang berbeda terhadap produk yang dibeli. Bagi pembeli tingkat atas, pertimbangan lebih ke kualitas daripada harga sehingga petani dapat menjual dengan harga lebih tinggi yang tentu saja dengan akibat adanya biaya tambahan untuk penanganan agar kualitasnya sesuai. Sedangkan pembeli bawah pertimbangan lebih ke harga sehingga petani dapat menjual produknya tanpa tindakan penanganan yang membutuhkan biaya tentu dengan akibat kualitas produksi tidak sebaik produk yang ditangani secara maksimal. Berbagai tindakan penanganan pasca panen yang dilakukan oleh petani berfungsi untuk menghambat laju kebusukan atau mempercepat pemasakan produk. Pada buah umumnya petani memanfaatkan keberadaan C2H4 atau etilen yang bermanfaat mempercepat proses pemasakan dan keseragaman tingkat pemasakan. C2H4 atau Etilen bisa berasal dari buah itu sendiri atau dari sumber yang lain. Sedangkan pada sayuran petani justru berusaha mempertahankan tingkat kesegaran sayuran yang dijual engan cara menghambat laju kehilangan air pada jaringan sayuran yang dapat menyebabkan layu. Cara-cara yang sering dijumpai antara lain penyiraman air secara berkala dan penyimpanan pada suhu rendah. Demikian pula pada tanaman hias, petani dalam mempertahankan kualitas produknya juga memperlakukan secara khusus. Kegiatan yang umum dilakukan adalah merendam pangkal batang yang dipotong ke air, baik air biasa maupun yang diberi tambahan bahan lain. Fungsi dari kegiatan ini adalah untuk mempertahankan tingkat kesegaran produk hingga pembeli. Majalah Ilmiah Bijak Vol. 16, No. 2, September 2019, pp. 110-120 111 E ISSN 2621-749X Khaeruman, Perbandingan Kualitas Produk Sayur Dan Buah Pada Pasar Tradisional... Dalam menghadapi persaingan pasar-pasar modern dalam era globalisasi saat ini setiap pasar-pasar tradisional dituntut untuk dapat bersaing dengan pasar-pasar modern yang berkembang kian cepat baik. Kehadiran pasar modern, terutama supermarket dan hypermarket dianggap oleh berbagai kalangan telah menyudutkan keberadaan pasar tradisional di perkotaan. Penyimpanan buah dan sayuran segar dapat memperpanjang umur panen suatu komoditi dan dalam keadaan dapat tertentu memperbaiki kualitas produk; di samping itu juga menghindarkan banjirnya produk ke pasar, memberi kesempatan yang luas untuk memilih buah-buahan dan sayur-sayuran sepanjang tahun, membantu pemasaran yang teratur, meningkatkan keuntungan produsen, dan mempertahankan mutu produk-produk yang masih hidup. Tujuan utama penyimpanan adalah pengendalian laju transpirasi, respirasi, infeksi penyakit, mempertahankan produk dalam bentuk yang paling berguna bagi pembeli. Peningkatan daya simpan bertujuan untuk mempertahankan kesegaran dari suatu komoditi dengan kata lain menjaga agar kandungan gizinya tidak menurun karena layu atau rusak mutu tetap baik. Komoditi yang akan disimpan harus seragam kematangannya dan harus dibungkus dengan kantong atau karung untuk menghindari menjalarnya penyakit. Lama penyimpanan masing-masing komoditi tidak sama tergantung kondisi fisik suatu produk Rahardjo, 1993. 2. Tujuan Penelitian Setelah melaksanakan kegiatan ini diharapkan untuk mengetahui dan memahami perlakuan penyimpanan yang terbaik bagi buah dan sayuran untuk mempertahankan kondisi fisik produk serta strategi pemasaran pada pasar tradisional dan pasar modern. II. LANDASAN TEORI 1. Kualitas Produk Kualitas adalah kombinasi antara karakteristik yang menentukan nilai produk terhadap pembeli. Kondisi buah dan sayuran segar berkaitan dengan penampilan, kualitas sensoris, rasa dan kualitas nutrisinya. Pembeli menilai kualitas buah dan sayuran segar berdasarkan penampilan dan ketegaran. Tingkat pembelian pembeli bergantung pada pengalaman konsumsi kosumen, ditambah kualitas dan keamanan nutrisi. Kualitas visual buah dan sayuran berhubungan dengan ukuran, bentuk, warna, kemulusan , kebersihan permukaan dan tidak adanya cacat atau tanda pembusukan. Cacat produk segar meliputi memar dan hancurnya potongan, mengkerut dan layu akibat kehilangan air, jamur atau pelunakan jaringan, perubahan warna akibat pencoklatan enzimatik atau gangguan fisik, kelembutan dan perendam air akibat penuaan. Bahaya kimia meliputi zat alami misalnya alergen, mycotoxins, alkaloid dan penghambat enzim, produk kimia misalnya pestisida, desinfektan air, zat terlarang misalnya beberapa pestisida, metil bromida dan unsur toksik misalnya timah, kadmium, arsenik, seng. Efek buruknya pada kesehatan manusia bisa dampak langsung dan tidak langsung terhadap dan juga berdampak pada lingkungan, flora dan fauna, dan dampak pada kesehatan pekerja pedesaan. Bahaya kimiawi dapat dikenalkan pada buah dan sayuran segar selama produksi misalnya produk fitosanitasi, pupuk, antibiotik, zat pengatur tumbuh, dan lain-lain dan penanganan pasca panen. 2. Pasar Tradisional dan Pasar Modern a. Pasar Tradisional Pasar dapat diartikan sebagai tempat pembeli dan penjual barang tertentu berhubungan satu sama lain dan terjadi hubungan tukar menukar daerah perniagaan dan suatu daerah yang secara ideal harga-harga pada waktu tertentu adalah sama untuk semua pembeli dan penjual. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual atau pengelola pasar. b. Pasar Modern Pasar moderen adalah pasar yang dikelola dengan manajemen moderen, umumnya terdapat di perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada pembeli yang pada umumnya anggota masyarakat kelas menengah ke atas. Pasar modern antara lain mall, 112 Majalah Ilmiah Bijak Vol. 16, No. 2, September 2019, pp. 110-120 E ISSN 2621-749X Khaeruman, Perbandingan Kualitas Produk Sayur Dan Buah Pada Pasar Tradisional... supermarket, department store, shopping center, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, dan toko serba ada Irawan, 2007. Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pada pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang barcode, berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri swalayan atau dilayani oleh pramuniaga. Barang yang dijual memiliki jenis yang beragam. Selain barang lokal, pasar moderen juga menyediakan barang impor, barang yang dijual juga mempunyai kualitas yang relatif lebih terjamin karena melalui penyeleksian yang ketat. c. Efisiensi Pasar Tradisional dan Pasar Modern Efisiensi pemasaran merupakan ukuran yang digunakan oleh banyak pakar dan peneliti pemasaran dalam menganalisis saluran pemasaran suatu produk. Faktor-faktor yang memengaruhi efisiensi pemasaran suatu produk diantaranya adalah jarak antara produsen petani kepada pembeli, ukuran pasar atau jumlah komoditi yang diperdagangkan, persentase produk di pasar, luas areal panen, dan jumlah penduduk Silitonga, 1999. d. Strategi Pemasaran Definisi pemasaran menurut American Marketing Association AMA seperti dikutip oleh Kasali Malidia, 2012, adalah suatu proses perencanaan dan eksekusi, mulai dari tahap konsepsi, penetapan harga, promosi, hingga distribusi barang-barang, ide-ide dan jasa, untuk melakukan pertukaran yang memuaskan individu dan lembaga-lembaganya. Soekartawi Heryadi, 2011, mengatakan bahwa saluran pemasaran adalah saluran atau jalur yang digunakan, baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memudahkan pemilihan suatu produk itu bergerak dari produsen sampai berada di tangan pembeli. Buah-buahan dan Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang penting bagi perekonomian Indonesia. Sayuran memiliki karakteristik yang mudah rusak sehingga lembaga pemasaran yang terlibat di dalamnya dituntut untuk melakukan aktivitas pemasaran yang tepat sehingga kualitas sayuran tetap terjaga. Adapun lembaga pemasaran sayuran terdiri dari petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang pengecer Silitonga 1999; Permana 2004, serta eksportir dan pembeli institusi untuk pasar modern Setiawan 2009. Analisis pemasaran sayuran telah banyak dilakukan oleh peneliti baik di Indonesia maupun luar negeri. Sayuran tersebut diantaranya wortel, kentang, kubis Silitonga 1999; Setiawan 2009. Pada dasarnya saluran pemasaran sayuran yang terjadi memiliki kemiripan satu sama lain dimana melibatkan lembaga pemasaran yang hampir sama. Secara khusus, saluran pemasaran sayuran di Banten bermuara kepada pembeli luar negeri dan pembeli domestik yang bergerak dari desa menuju ke daerah perkotaan. Adapun pasar tradisional umumnya dipasarkan melalui pedagang pengecer. Pasar modern umumnya memasok sayuran dari pedagang besar wholesaler dan tidak langsung dari petani. Berdasarkan penelitian terdahulu di beberapa Negara berkembang, sedikit sekali petani yang mampu mengakses saluran tersebut secara langsung, terutama petani kecil. Hal ini disebabkan adanya persyaratan volume produksi yang harus berkelanjutan dan kualitas yang harus konsisten. Oleh karena itu, saluran pasar modern membentuk saluran tersendiri dengan melibatkan lembaga pemasaran yang berbeda dengan saluran pasar tradisional. III. METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian ini penulis mempergunakan pendekatan penelitian kualitatif. Lokasi penelitian adalah di Kota Serang Provinsi Banten. Lokasi tersebut memberikan kemudahan akses sehingga memudahkan peneliti dalam memperoleh data lapangan yang akan berlangsung selama 3 bulan waktu efektif, dimulai bulan Maret sampai dengan Mei 2019. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang digunakan dalam Kajian ini adalah metode evaluasi formatif yaitu melihat dan mengkaji pelaksanaan serta program, mencari umpan balik untuk memperbaiki pelaksanaan program yang dimaksud, Sinagarimbun dan Sofian Efendi, 200841. Guna menganalisis perbandingan kualitas produk sayur dan buah pada pasar tradisional dan pasar modern di Kota Serang dalam penerapan strategi pamasaran. Metode penelitian pada dasarnya menggunakan metode survei. Survei adalah penelitian yang Majalah Ilmiah Bijak Vol. 16, No. 2, September 2019, pp. 110-120 113 E ISSN 2621-749X Khaeruman, Perbandingan Kualitas Produk Sayur Dan Buah Pada Pasar Tradisional... mengambil sampel dari salah satu populasi sebagai alat pengumpulan data yang pokok Singarimbun dan Effendi, 199523. Penelitian kualitatif cenderung menggunakan teknik cuplikan atau sampling yang bersifat selektif dengan menggunakan pertimbangan berdasarkan konsep teoritis yang digunakan. Dengan kata lain teknik sampling adalah teknik yang digunakan untuk menyeleksi atau memfokuskan permasalahan agar pemilihan sampel lebih mengarah pada tujuan penelitian. Pada penelitian ini tidak menentukan jumlah sampel, tetapi peneliti menentukan sejumlah informan untuk diwawancarai guna memperoleh informasi tentang permasalahan yang sedang diteliti. IV. PEMBAHASAN 1. Pengolahan Data a. Perbandingan Pasar Modern Dengan Pasar Tradisional Keputran Perbandingan antara pasar Modern dan pasar tradisonal, ditunjukan dalam tabel di bawah ini Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang barcode, berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri swalayan atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, dan lain-lain Barang-barang yang dijual di pasar tradisional dan pasar modern memiliki perbedaan harga yang cukup signifikan. Harga suatu barang di pasar tradisional bahkan bisa sepertiga dari harga barang yang sama yang dijual di supermarket, terutama untuk produk-produk segar seperti sayur-sayuran serta bumbu-bumbu dapur. Barang-barang yang dijual di pasar tradisional dan pasar modern memiliki perbedaan harga yang cukup signifikan. Harga suatu barang di pasar tradisional bahkan bisa sepertiga dari harga barang yang sama yang dijual di supermarket, terutama untuk produk-produk segar seperti sayur-sayuran serta bumbu-bumbu dapur. Sedangkan di pasar modern, pembeli tidak mungkin melakukan tawar menawar karena semua barang telah dipatok dengan harga pas. Berbelanja di pasar tradisional memungkin-kan pembeli untuk menawar harga barang-barang hingga mencapai kesepakatan 114 Majalah Ilmiah Bijak Vol. 16, No. 2, September 2019, pp. 110-120 E ISSN 2621-749X Khaeruman, Perbandingan Kualitas Produk Sayur Dan Buah Pada Pasar Tradisional... Pada pasar modern diskon secara besar-besaran. Tidak pernah ada pemberitahuan ketika ada diskon. supermarket memiliki area yang lebih luas, bersih, rapi, dan dilengkapi dengan pendingin ruangan Sedangkan pasar tradisional menempati area yang lebih sempit, sumpek, sesak, dan tak jarang menguarkan bau kurang sedap. Produk-produk yang yang ada di pasar modern sebagian besar sudah terindikasi zat-zat pengawet. Dengan modal yang besar supermarket mampu mempeli pasokan produk lebih banyak. Dengan demikian, mereka menggunakan zat-zat pengawet untuk mengawetkan persediaan barang. Untuk produk-produk segar, sayur-sayuran, buah-buahan, dan lain sebagainya, pasar tradisional biasanya menyajikan produk yang jauh lebih segar ketimbang supermarket, karena belum ditambahkan zat pengawet. b. Proses Keputusan Pembelian Pembeli Sayuran dan Buah-buahan di Pasar tradisional dan modern 1 Pengenalan Kebutuhan Proses pengenalan kebutuhan pada sayuran dimulai sejak manusia di lahirkan didunia, karena sayuran dan buah-buahan merupakan bahan makanan yang memiliki kandungan gizi yang baik dan sangat berguna bagi kesehatan tubuh. sayuran dan buah-buahan merupakan bahan makanan yang bisa dikonsumsi oleh segala usia. Kesadaran akan kandungan nilai gizi dan manfaat dari sayuran dan buah-buahan tersebut membuat pembeli mencari dan mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan, seseorang jika merasa butuh akan sesuatu maka sesuatu itu akan dianggap penting begitu pula dengan mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan. Karena mengetahui manfaat dari sayuran dan buah-buahan maka seseorang itu merasa butuh untuk mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan sehingga dianggap penting untuk di konsumsi. 2 Evaluasi Alternatif dan Proses Pembelian Setelah mendapatkan informasi yang cukup tentang hal-hal yang berkaitan dengan pasar-pasar di Kota Serang, maka pembeli akan melakukan evaluasi alternatif. Evaluasi alternatif di definisikan sebagai suatu proses di mana suatu alternatif di evaluasi dan di pilih untuk memenuhi kebutuhan pembeli. Pada tahap ini pembeli menentukan kriteria yang relevan dengan keinginannya untuk dapat membuat suatu keputusan yang di rasa paling bermanfaat untuk memecahkan masalahnya. c. Potensi Pasar Tradisional dan Pasar Modern di Kota Serang Keberadaan pasar tradisional dari satu sisi memang banyak kekurangan seperti lokasinya yang kadang mengganggu lalulintas, kumuh, kurang tertata, dan lain-lain. Pasar tradisional memegang peran yang cukup penting dalam perekonomian, mengingat bahwa sebagian besar masyarakat masih mengandalkan perdagangan melalui pasar tradisional. Sehingga sudah selayaknya pemerintah Kota Serang memperhatikan eksistensi pasar tradisional tersebut, sehingga sesuai dengan tujuan dalam melaksanakan pembangunan ekonomi yaitu untuk meningkatkan pendapatan sehingga tercapai kesejahteraan. Majalah Ilmiah Bijak Vol. 16, No. 2, September 2019, pp. 110-120 115 E ISSN 2621-749X Khaeruman, Perbandingan Kualitas Produk Sayur Dan Buah Pada Pasar Tradisional... 1 Wawancara dengan Pembeli Menurut hasil wawancara dengan Ibu Irma pada tanggal 16 Mei 2019 beliau menjelaskan bahwa beliau kesehariannya berbelanja di pasar tradisional dibandingkan pasar modern, karna menurut beliau apabila berbelanja dipasar tradisional dengan membawa uang Rp beliau sudah mendapatkan berbagai macam sayuran seperti Cabai, Rampai, sayuran serta lauk pauk sedangkan apabila dipasar modern menurutnya belum tentu mendapatkan itu semua dan dengan kualitas yang sama. Menurut Ibu Yati lebih suka untuk berbelanja harian dipasar tradisional seperti sayuran dan buah-buahan, karna menurut beliau apabila beliau membeli sayuran dan buah-buahan dipasar modern itu sudah tidak alami dari petani langsung melainkan sudah diberi obat, sedangkan untuk bahan-bahan lainnya. Menurut Ibu Rika lebih cendrung berbelanja di pasar modern karena selain bermasalah dengan waktu apabila dipagi hari yang begitu padat beliau juga menganggap harga dipasar tradisional dan pasar modern sama saja karna semua yang diperjual belikan adalah barang yang sama melainkan kemasan yang berbeda apabila dipasar tradisional itu tidak tertata tersusun rapih sedangkan dipasar modern itu tertata rapih. 2 Wawancara dengan Pedagang Menurut wawancara dengan bapak Hendra pada tanggal 16 Mei 2019 menjelaskan bahwa awal berdagang pasar tahun 2007, sebelumnya beliau adalah seorang buruh bangunan dan pekerja serabutan pada tahun 2007 beliau mulai berdagang sembako dan kebutuhan pokok lainnya dan yang membuat beliau berdagang dipasar Rau Kota Serang adalah karna diberi kesempatan oleh pemerintah daerah untuk berbelanja dipasar Rau Kota Serang dan untuk member nafkah keluarga. Untuk strategi pemasaran yang beliau berikan kepada konsumen yaitu dengan member harga sedikit lebih murah dibandingkan pedagang lainya, seperti hal diwarung beliau harga gula pasir Rp. sedangkan ditoko pesaingnya yaitu mencapai harga Rp. jadi dari strategi yang beliau terapkan tersebut beliau mampu mempertahankan langganannya hingga sekarang bahkan untuk sekarang beliau ingin menambah kembali toko karena permintaan barang sembako untuk toko beliau semakin banyak. Menurut ibu Sari Imah menjelaskan bahwa berdagang dari tahun 2000. Sebelum berdagang sayur-sayuran beliau menjadi ibu rumah tangga yang membuat beliau berdagang dipasar Kalodran adalah kebutuhan ekonomi keluarga karena suami hanya seorang petani disawah. Dalam penetapan harga yang ibu Sari Imah berikan kepada konsumen dibilang cukup rendah dibandingkan harga yang ditetapkan penjual lainnya, karena dalam penetapan harga ibu Sari Imah memiliki prinsip tidak masalah mendapatkan untung sedikit tetapi pembeli akan terus berbelanja terhadapnya dari pada mendapatkan untung banyak tetapi konsumen hanyasekali membeli. Untuk strategi promosi yang ibu Sari Imah berikan yaitu dengan strategi mendapatkan untuk sedikit asalkan konsumen menjadi langganan terhadap barang apa yang beliau tawarkan kepada pembeli. d. Strategi Pemasaran Analisis 3C’s Company, Costumers, and Competitors 1 Organisasi Perusahaan Company Pasar Tradisional, tempat masih dikelola UD Pasar yang merupakan perusahaan BUMD yang tidak berorientasi profit hanya sebatas menyediakan sayur dan buah agar masyarakat dapat menikmatinya, akan tetapi untuk para pedagangnya masih melakukan perdagangannya secara tradisional. Pasar Modern dimiliki oleh swasta yang lebih berorientasi profit. Sehingga semua dilakukan secara terencana terorganisasi serta berfokus kepada kepuasan pelanggan. 2 Pelanggan Costumers Costumer adalah pelanggan yang berarti orang-orang yang membeli psroduk atau jasa yang kita jual. Kita harus bisa menjadikan potensi market yang ada diluar sana menjadi costumer kita. Karena diluar sana begitu banyak potensi market yang mungkin akan menjadi costumer kita. Untuk menarik potensi market menjadi costumer kita harus memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi. 116 Majalah Ilmiah Bijak Vol. 16, No. 2, September 2019, pp. 110-120 E ISSN 2621-749X Khaeruman, Perbandingan Kualitas Produk Sayur Dan Buah Pada Pasar Tradisional... Sebagai mana kita ketahui keinginan setiap potensi costumer beragam, sebagai pengusaha kita harus bisa membaca itu semua, salah satunya yaitu dengan membuat Empahty Map. Emphaty Map ini adalah untuk mengetahui apa yang dirasakan, diinginkan dan dilakukan pelanggan kita. Pasar Tradisional, para pedagang menyediakan sayur dan buah tidak menggunakan emphaty map. Kostum seadanya, kadang senyum kadang tidak. Kepuasan pelanggan bukan tujuan sebenarnya. Yang penting bagaimana sayur dan buah saya terjual dengan baik. Pasar Modern melakukan emphaty map, pegawai yang senyum, wangi, rapi, siap membantu. Sehingga akan timbul rasa kepuasan pelanggan. Meskipun harganya lebih tinggi yang harus dibayarkan dibandingkan pasar tradisional. 2 Pesaing Competitors Setiap bisnis yang dijalankan pasti akan menghadapi persaingan, baik itu bisnis yang baru ataupun sudah berjalan lama. Persaingan akan semakin ketat ketika produk kita semakin dikenal dipasar, karena akan semakin banyak kompetitor produk kita. Bagaimana kita bisa bertahan di persaingan pasar yang semakin ketat, tentunya produk kita harus mempunyai keunggulan yang dibutuhkan pembeli. Menurut Michael Porter ada lima hal yang harus kita perhatikan, yaitu a Pendatang baru b Barang Substitusi / Pengganti c Supplier d Pembeli / Pembeli e Persaingan Industri Analisis SWOT Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threaths Menurut Kotler 2000, pengertian lingkungan pemasaran suatu perusahaan terdiri dari pelaku atau kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mengembangkan dan mempertahankan transaksi yang menguntungkan dengan para pelanggan sasaran. 1 Analisis Lingkungan Internal Analisis lingkungan internal pada dasarnya mencakup dua aspek, yaitu kekuatan strength dan kelemahan weakness. Faktor-faktor internal perusahaan meliputi semua fungsi manajamen operasional, antara lain pemasaran, keuangan, operasional, SDM, penelitian dan pengembangan, sistem informasi manajemen, serta budaya perusahaan. 2 Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal adalah upaya untuk melakukan identifikasi dan analisis terhadap berbagai faktor lingkungan luar perusahaan, seperti pengaruh perkembangan ekonomi, politik, hukum, ekologi, teknologi, kependudukan, sosia budaya dan lingkungan industri, yang mempunyai pengaruh terhadap kebijakan perusahaan. Analisis lingkungan eksternal pada dasarnya mencakup dua aspek, yaitu peluang Opportunity dan ancaman Threat. Kekuatan S 1. Keuletan pedagang 2. Hubungan baik antara pedagang dan pembeli 3. Tenaga kerja 4. Promosi melalui teknologi informasi 5. Proses labelisasi kemasan 6. Pelayanan pesan antar bagi pembeli 7. Kualitas produk 8. Penggunaan teknologi sederhana 9. Hubungan baik dengan pemasok Kelemahan W 1. Tumpang tindih sayur buah 2. Belum ada pemisahan 3. Belum memiliki jaringan distribusi yang kontinu 4. Keterbatasan modal usaha 5. Administrasi dan pencatatan keuangan masih sederhana Peluang O 1. Pertumbuhan jumlah Strategi S-O 1. Menjalin kerjasama yang Strategi W-O 1. Memanfaatkan kredit Majalah Ilmiah Bijak Vol. 16, No. 2, September 2019, pp. 110-120 117 E ISSN 2621-749X Khaeruman, Perbandingan Kualitas Produk Sayur Dan Buah Pada Pasar Tradisional... penduduk 2. Pola konsumsi sayur dan buah 3. Tradisi belanja 4. Dukungan pemerintah konsumsi sayur buah 6. Perkembangan teknologi informasi. 7. Ketersediaan pemasok yang cukup banyak kontinu dengan pemasok bahan baku dan dinas terkait guna memperoleh bahan baku berkualitas dan pemasaran produk 2. Meningkatkan diversifikasi produk sayur dan buah yang ditawarkan oleh pemerintah untuk pengembangan usaha 3. Membangun jaringan distribusi produk untuk menjangkau segmentasi pasar yang lebih luas Ancaman T 1. Fluktuasi harga bahan baku 2. Hambatan masuk rendah 3. Ancaman produk substitusi 4. Tingkat persaingan antar industri sedang Strategi S-T 1. Meningkatkan kualitas dan inovasi produk agar dapat bersaing dipasaran 2. Meningkatkan pelayanan kepada pembeli Strategi W-T 1. Melakukan perbaikan dalam pengelolaan dan pengalokasian keuangan 2. Restrukturisasi organisasi perusahaan Analisis STP Segmentation, Targeting, Positioning 1 Segmentation Menurut Kotler dan Amstrong 2008225, segmentasi pasar merupakan pembagian pasar menjadi kelompok-kelompok pembeli yang lebih kecil dengan kebutuhan, karakteristik, atau perilaku berbeda yang mungkin memerlukan produk atau bauran pemasaran tersendiri. Kotler dan Armstrong 2008226, ada empat variabel utama yang bisa digunakan sebagai dasar-dasar pengelompokkan pasar yaitu variabel demografi, geografi, psikografi, dan perilaku. Dikarenakan penduduk Kota Serang heterogen, maka untuk segmentasi sayur dan buah pasar tradisional kebanyakan masyarakat asli yang berbelanja sayur dan buah. Sedangkan masyarakat pendatang akan berbelanja di pasar modern. 2 Targeting Targeting berhubungan erat dengan adanya media yang dapat digunakan untuk menjangkau kelompok atau segmen baru. Targeting mempunyai dua fungsi sekaligus yaitu menyeleksi pasar sasaran sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu selecting dan menjangkau pasar sasaran tersebut reaching untuk mengkomunikasikan nilai Kasali, 2011371. Target pasar targeting adalah persoalan bagaimana memilih, menyeleksi, dan menjangkau pasar. Produk dari targeting adalah pasar sasaran target market, yaitu satu atau beberapa segmen pasar yang akan menjadi fokus kegiatan-kegiatan pemasaran Kasali, 2011371. Pasar tradisional umumnya para pembeli yang konsen dengan harga. Sedangkan pasar tradisional modern biasanya pembeli yang peduli akan higienis sayur dan buah. 3 Positioning Positioning merupakan suatu kegiatan merancang penawaran dan citra perusahaan untuk menduduki tempat khusus di benak target pasar yang dituju Kotler dan Keller, 200953. Untuk positioning pasar tradisional biasanya untuk kalangan besar seperti katering, hotel maupun rumah makan. Serta kebanyakan orang yang biasa menawar dengan para pedagang dan ini menjadi ciri khas dari pasar Rau, Kalodran, dan Royal sebagai suatu tradisi nenek moyang. Adanya komunikasi antara pedagang dan pembeli. Sedangkan positioning pasar modern, kebanyakan untuk masyarakat para pekerja yang sibuk dalam karir, para penghuni rumah komplek, serta para pembeli yang tidak mau pusing dengan becek dan susah parkir ketika berbelanja di pasar tradisional. Kebanyakan dari pembeli akan berbelanja pada malam hari. Analisis 4P Price, Product, Place, Promotion 1 Harga Price Penetapan harga yang dilakukan oleh pelaku usaha didasarkan pada besarnya biaya produksi. Secara umum, tidak ada ukuran pasti untuk setiap sayur dan buah per kilogram. 118 Majalah Ilmiah Bijak Vol. 16, No. 2, September 2019, pp. 110-120 E ISSN 2621-749X Khaeruman, Perbandingan Kualitas Produk Sayur Dan Buah Pada Pasar Tradisional... Untuk pasar tradisional, harga mengikuti pola supply dan demand. Jika ketersediaan sayur dan buah tinggi, maka harga relatif normal, namun jika ketersediaan sayur dan buah rendah dikarenakan ada kendala misalnya faktor cuaca, maka harga bisa tinggi. Sedangkan untuk kebutuhan sayur dan buah tinggi, maka harga bisa tinggi, namun jika kebutuhan sayur dan buah rendah, maka harga relatif normal. Hal ini pernah terjadi ketika Pasar Rau, Pasar Lama, dan Pasar Kalodran kekurangan cabai dikarenakan faktor cuaca dari tempat supply kurang baik, maka harga cabai relatif rendah. Umumnya harga sayur dan buah berubah ubah dikarenakan produk sayur dan buah bersumber dari produk lokal. Ini yang menjadi kendala para pedagang kecil dan besar dalam mengontrol harga yang menyesuaikan situasi dan kondisi tertentu. Untuk pasar modern di Kota Serang seperti Carrefour, Hypermart, dan Ramayana yang tidak hanya berfokus pada sayur dan buah saja. Tetapi menjual menjual berbagai macam jenis barang. Harga relatif stabil karena ketersediaannya bukan tergantung pada produk lokal saja, tetapi juga produk impor. b Produk Product Kualitas sayur dan buah pasar tradisional cenderung kurang baik dari segi rasa, ketersediaan, ukuran, kemasan dan variasinya. Para pedagang akan menjual sayur dan buah berdasarkan pedagang besar atau kiriman. Umumnya tidak memiliki legalitas izin dan kualitas produk serta komposisi. Produk sayur dan buah pasar modern senantiasa mempertahankan kualitas produk dan pelayanan kepada pembeli. Untuk dapat mempertahankan kualitas produknya, sayur dan buah biasanya akan ditempatkan dalam pendingin. Sayur dan buah yang dijual bervariasi dengan produk yang memiliki kualitas yang baik. Produk sayur dan buah yang dijual terdapat labelisasi kemasan diantaranya merek dagang, izin dari Dinas Kesehatan, P-IRT, komposisi, instruksi penyimpanan dan saran penyajian. Hal ini merupakan kekuatan dari pasar modern yang dimiliki oleh pasar modern membuat pembeli percaya akan produk yang dihasilkan. Disamping upaya untuk terus mempertahankan kualitas produknya, Sayur dan buah juga selalu berupaya mempertahankan pelayanan kepada pembelinya. Upaya mempertahankan pelayanan dilakukan dengan cara membina hubungan baik dengan memberikan variasi sayur dan buah yang sebagian ada yang diimpor. c Tempat / Distribusi Place Sayur dan buah pasar tradisional tidak memperhatikan kondisi penjualan, image pasar yang kumuh, banyak lalat, tidak higienis masih mendominasi di pasar tradisional di Kota Serang. Sedangkan distribusi masih tergantung pada pedagang besar atau agen. Sedangkan pasar modern selalu mengutamakan higienis, bersih, berkualitas. Untuk distribusi dikelola dengan baik. Sayur dan buah dikirim langsung oleh produsen dengan perjanjian tertentu dan kualitas yang disepakati. Sehingga proteksi terhadap pembeli terjamin dan aman. d Promosi Promotion Pasar tradisional tidak pernah mempromosikan sayur dan buah. Mereka hanya mempunyai pelanggan yang terbiasa membeli. Promosi yang dilakukan oleh sayur dan buah hanya dilakukan melalui informasi mulut ke mulut word-of-mouth. Tetapi belum mempromosikan melalui media teknologi informasi. Pasar modern mengkomunikasikannya kepada masyarakat sehingga produk tersebut dikenal dan mereka melakukan pembelian terhadap produk tersebut. Brosur merupakan salah satu strategi yang sebaiknya dilakukan oleh para pengelola pasar modern agar produk sayur dan buahnya dapat dikenal di wilayah Serang dan sekitarnya. Dalam hal ini promosi bisa juga dilakukan melalui Above The Line maupun Below The Line. 2. Pembahasan dan Analisis Kehadiran pasar modern mendorong para pedagang di Pasar Kota Serang untuk memberikan inovasi dalam memberikan layanan kepada para pembeli. Kemudian berupaya mensegmenkan diri kepada masyarakat kelas menengah ke bawah sebagai upaya mencari celah segmen pembeli yang tidak tersaingi oleh kehadiran pasar modern. Ancaman dari pasar modern semakin hari makin gencar menarik pembeli dengan segenap kelebihannya, baik dari segi produk maupun kenyamanan berbelanja. Majalah Ilmiah Bijak Vol. 16, No. 2, September 2019, pp. 110-120 119 E ISSN 2621-749X Khaeruman, Perbandingan Kualitas Produk Sayur Dan Buah Pada Pasar Tradisional... a. Dampak Sosial Ekonomi Keberadaan Pasar Modern Pada Pasar Tradisional di Kota Serang Melalui berbagai wawancara serta pengamatan yang dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa dampak lain dari strategi pemasaran dari pasar modern terhadap pedagang Pasar tradisional di Kota Serang adalah meningkatnya daya persaingan di antara para pedagang itu sendiri. Untuk selanjutnya hasil wawancara dengan salah satu pedagang tradisonal akan diuraikan sebagai berikut Sedikitnya pedagang itu gak membuat kita jualan makin gampang mas. Kita para pedagang itu malah saingannya tambah berat dengan adanya pasar-pasar modern. Jadi, hubungan antar pedagang itu makin tidak enak. Kalau dulu saingan ya saingan tidak seperti ini, makin banyak pasar-pasar modern.. makin susah jualan. Hasil wawancara di Pasar RAU dengan Bapak Ridwan, pada tanggal 21 April 2019 Berdasarkan hasil wawancara di atas menegaskan bahwa makin berkurangnya pembeli pada pedagang di pasar tradisional Kota Serang tidak membuat penjualan makin mudah dan justru memperparah saingan antar pedagang bahkan dengan sama-sama pedagang tradisional itu sendiri. b. Meningkatnya Persaingan Antar Pedagang Pasar Modern Pada Pasar Tradisional di Kota Serang Dampak merebaknya pasar modern terhadap persaingan para pedagang Pasar tradisional di Kota Serang secara tidak langsung menyebabkan munculnya konflik antar pedagang yang satu dengan pedagang yang lain di pasar-pasar Kota Serang. Khususnya di pasar tradisional, para pedagang dalam menawarkan produknya pun kerap berlebihan dan seenaknya saja sehingga membohongi pembeli. Sehingga, para pembeli beralih ke pasar modern. Perubahan sosial dalam hal ini disebabkan karena terlalu banyak kehadiran pasar modern selain dalam penelitian ini seperti Indomaret dan Alfamart yang menyebabkan berbagai perubahan berdampak negatif. Kehadiran pasar modern merupakan input dalam perubahan sosial yang dialami pedagang pasar tradisional Kota Serang. V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis di pasar tradisional dan Pasar Modern di Kota Serang bahwa masyarakat cenderung memilih berbelanja dipasar tradisional di karenakan menurut masyarakat adanya sistem tawar menawar, adanya sistem barter dan barang yang diperjual belikan langsung dari petani khususnya sayuran dan buah-buahan, buka lebih awal dan adanya shering atau saling bertukar informasi antara satu sama lain baik antara pembeli dan penjual, penjual dan penjual maupun pembeli dan pembeli lainnya sedangkan menurut mereka apabila di pasar modern tidak adanya sistem tawar menawar karena harga yang di tetapkan sesuai dengan harga yang tercamtum dalam barcode lebel dan apabila dipasar tradisional masyarakat cenderung berinteraksi secara langsung dengan penjual sedangakan dipasar modern masyarakat apabila ingin mengetahui harga dari suatu barang yang di inginkan hanya dapat melihat di barcode lebel harga yang tercmtum atau yang tersedia. Namun apabila di lihat dari segi kenyamanan pasar tradisional khusunya pasar Rau, Pasar Kalodran dan Pasar Lama sangatlah kurang, karena masih banyak msyarakat yang berjualan di sepanjang jalan, lahan parkir yang masih menggunakan jalan dan tempat-tempat berjualan yang masih belum stabil sedangkan apabila dipasar modern memiliki lahan parkir yang luas, keamanan dan kenyamanan yang terjamin dan tempat yang higenis bersih. Pembenahan dan penambahan fasilitas pasar perlu di tingkatkan lagi sehingga akan mampu memperluas lapangan pekerjaan dan mengurangi tingkat penganguguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. VI. DAFTAR PUSTAKA Heryadi, A, Y. 2011. “Pola Pemasaran Sapi Potong di Pulau Madura”. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian. 521-8 Irawan B. 2007. Fluktuasi Harga, Transmisi Harga, dan Marjin Pemasaran Sayuran dan Buah. Analisis Kebijakan Pertanian. 54 358-373 Kotler, Philip. 2000. Prinsip-Prinsip Manajemen Pemasaran. Jakarta Prenhalindo. 120 Majalah Ilmiah Bijak Vol. 16, No. 2, September 2019, pp. 110-120 E ISSN 2621-749X Khaeruman, Perbandingan Kualitas Produk Sayur Dan Buah Pada Pasar Tradisional... Kotler, Philip and Gary Armstrong. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi. 12. Jilid 1. Jakarta Erlangga. Kasali, Rhenald. 2011. Membidik Pasar Indonesia Segmentasi, Targeting, dan. Positioning. Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama. Kotler dan Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi ke 13 Jakarta Erlangga Malidia, R. R. 2012. “Analisis strategi pemasaran pada PT. Koko Jaya Prima Makassar. Skripsi. Makassar Universitas Hasanuddin Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Setiawan AS. 2009. Studi Peningkatan Kinerja Manajemen Rantai Pasok Sayuran Dataran Tinggi Terpilih di Jawa Barat [Tesis]. Bogor ID Institut Pertanian Bogor. Singarimbun, M dan S. Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES, Jakarta. __________, Metode Penelitian Survei, Jakarta LP3ES, 2008 Silitonga EH. 1999. Analisis efisiensi pemasaran sayuran dataran tinggi kabupaten Karo provinsi Sumatera Utara [Tesis]. Bogor ID Institut Pertanian Bogor. Port, Michael. 2006. Book Yourself Solid. New York John Wiley Son, Inc. Porter, Michael E. 1990. Competitive Strategy, Techniques for Analysing Industries and Competitors. New York The Free Press. ... Terdapat faktor lain yang juga menjadikan penyebab kurang berkembangnya Pasar Tradisional adalah minimnya daya dukung karakteristik pedagang tradisional, yakni terbatasnya akses permodalan yang disebabkan jaminan yang tidak mencukupi, strategi perencanaan yang kurang baik, tidak ada jalinan kerja sama dengan pemasok besar, tidak adanya skala ekonomi, buruknya manajemen pengadaan, dan ketidak mampuan untuk menyesuaikan dengan keinginan konsumen [18]. Permasalahan lain yang dialami oleh para pedagang pasar tradisional adalah tingginya tingkat persaingan antar pedagang sehingga satu-satunya strategi yang sering diambil untuk mendapatkan pembeli adalah strategi harga yaitu dengan memberikan harga termurah yang diinginkan pembeli dalam proses tawar menawar agar pembeli tidak pindah ke pedagang lain. ...... Dalam menghadapi persaingan pasarpasar modern dalam era globalisasi saat ini setiap pasar-pasar tradisional dituntut untuk dapat bersaing dengan pasar-pasar modern yang berkembang kian cepat baik. Kehadiran pasar modern dianggap oleh berbagai kalangan telah menyudutkan keberadaan pasar tradisional di perkotaan Khaeruman dan Hanafiah, 2019. Maraknya produk yang dijual di pasar modern termasuk daging sapi menyebabkan penurunan jumlah konsumen pada pasar tradisional. ... SondakhW. MaarufPenelitian ini bertujuan untuk mengukur dan membandingkan kualitas sifat fisik daging sapi yang ada di pasar tradisional dan pasar modern di Kota Manado. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging sapi segar yang dijual di pasar tradisional dan pasar modern. Penelitian ini dilaksanakan survey terhadap beberapa sumber daging yang beredar di kota Manado. Penentuan sampel pasar dilakukan dengan metode simple random sampling. Pasar yang dijadikan obyek penelitian adalah pasar tradisional, dan pasar modern yang menjual daging sapi. Enam pasar diambil sebagai sampel, tiga pasar tradisional dan tiga pasar modern. Pasar tradisional, dan pasar modern sebagai perlakuan dan diambil sebanyak 12 sample untuk setiap perlakuan. Data dianalisis menggunakan uji t tidak berpasangan dengan asumsi varians yang sama. Variable yang diukur adalah pH, kadar air, daya mengikat air, dan susut masak. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa semua variable daging yang diukur terdiri dari pH dari pasar tradisional 5,58 dan pasar modern 5,3, daya ikat air dari pasar tradisional 29,93% dan pasar modern 26,90% kadar air pasar tradisional 75,24% dan pasar modern 76,19%, susut masak pasar tradisional 0,43 dan pasar modern 0,41. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa daging sapi segar yang dijual di pasar tradisional dan modern yang ada di Kota Manado mempunyai kualitas yang sama dan layak untuk dikonsumsi. Kata kunci Daging sapi, pasar tradisional dan pasar modern, sifat fisik daging... This is because the Indonesian people, including college students, prefer to buy vegetables directly, such as in traditional markets or supermarkets. Meanwhile, the underlying reason for this is because the vegetables are fresh, there's a lot of choices, and the price can be negotiated [13]. This is in line with a study which shows that consumer decisions in buying vegetables are based on cognitive analysis and emotional elements of self and advertising or advertising campaigns have a relatively small effect on their behavior [14], [15]. ...Technology development causes easy access to various sectors, including ordering food online. Fast food is one of the foods that many people reviewed in online applications that are high in fat with a density of 40% of total calories. Meanwhile, the consumption of vegetables and fruits of Indonesia’s people is still inadequate; only consume as recommended. These things will undoubtedly increase the body mass index BMI and increase the risk of overweight and obesity. This study aims to analyze the impact of online order development on fast food, vegetables, and fruits consumption behavior on students in Surabaya. This descriptive cross-sectional study enrolled 317 students in Surabaya City, East Java, Indonesia. The online survey collected data through online platforms, SurveyMonkey. Data were analyzed in statistical software SPSS using multivariate binomial linear regression test. The significance level was set at p< Regression analysis shows that the habit of ordering boba drinks with a weekly frequency has a significant relationship with the incidence of overweight/obesity in respondents p = OR = 95% CI when compared to respondents who have the habit of ordering and consuming boba drinks every month. Consumption habits of boba drink are associated with higher body mass index BMI, increasing the risk of overweight and obesity. A policy from the government and related parties is needed to regulate boba consumption limits for the KhaerumanSuflani SuflaniMasmanto Moh JawahirThis research uses qualitative research methods. The type of research is field research with a descriptive approach, the Data collection techniques through observation, interviews and documentation. Data analysis techniques are analyzed before the field and data analysis in the area with the stages of reducing data, presenting data and drawing conclusions. The results have shown that there are three types of survival strategies that can carry out, namely 1 active strategies, improving the quality of goods and services, the presence of family members who help work, and increasing hours of work, 2 passive strategies, namely by reducing stock items, by reducing the number of employees, 3 network strategy, by building good relationships with buyers, leaving goods in the nearest stands, and doing online business onlineMichael E. PorterNow nearing its 60th printing in English and translated into nineteen languages, Michael E. Porter's Competitive Strategy has transformed the theory, practice, and teaching of business strategy throughout the world. Electrifying in its simplicity - like all great breakthroughs - Porter's analysis of industries captures the complexity of industry competition in five underlying forces. Porter introduces one of the most powerful competitive tools yet developed his three generic strategies - lowest cost, differentiation, and focus - which bring structure to the task of strategic positioning. He shows how competitive advantage can be defined in terms of relative cost and relative prices, thus linking it directly to profitability, and presents a whole new perspective on how profit is created and divided. In the almost two decades since publication, Porter's framework for predicting competitor behavior has transformed the way in which companies look at their rivals and has given rise to the new discipline of competitor assessment. More than a million managers in both large and small companies, investment analysts, consultants, students, and scholars throughout the world have internalized Porter's ideas and applied them to assess industries, understand competitors,, and choose competitive positions. The ideas in the book address the underlying fundamentals of competition in a way that is independent of the specifics of the ways companies go about competing. Competitive Strategy has filled a void in management thinking. It provides an enduring foundation and grounding point on which all subsequent work can be built. By bringing a disciplined structure to the question of how firms achieve superior profitability, Porter's rich frameworks and deep insights comprise a sophisticated view of competition unsurpassed in the last quarter-century. Book Description Publication Date June 1, 1998 ISBN-10 0684841487 ISBN-13 978-0684841489 Edition 1 Clique AquiEfendi H. Silitongakph-des2005- 3 North Sumatera Province is one of the provinces as production of vegetables from hight landscape where it’s production is big enough, it can be looked at increasing field of farm area, and vegetables of production hight landscape which more growth every year, from 1990 to1995, development of land area of potatoes have increased rate of 50 percents per year, cabbage 41,15 percents and carrot 8,84 percents per year, and the production has increased too for potato, cabbage, and carrot. This shows that innovation productions technology increasing, providing capital and management of Kualitas Produk Sayur Dan Buah Pada Pasar TradisionalEt KhaerumanKhaeruman, Perbandingan Kualitas Produk Sayur Dan Buah Pada Pasar Tradisional...Philip KotlerGary ArmstrongKotler, Philip and Gary Armstrong. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi. 12. Jilid 1. Jakarta Erlangga.

pasar yang menjual sayur dan buah dalam jumlah besar